HARIANRAKYAT.ID, KOTA TANGSEL, MUI Tangsel menggelar Seminar “Penguatan Ukhuwah Islamiyah Bagi Ormas Islam”. Berlangsung di Gedung Kelembagaan No 2 Jalan Siliwangi, Pamulang Kota Tangsel, Kamis (20/7/2023).
Nampak hadir, Ketua Umum MUI Kota Tangsel KH Saidih, Walikota Tangsel Benyamin Davnie, Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah, H Nana Suardi serta para narasumber dan peserta.
Walikota Tangsel Benyamin Davnie dalam kesempatan itu menyampaikan Ukhuwah Islamiyah menjadi tali untuk mempererat sekaligus menjawab kegelisahan generasi milenial yang mereka banyak terpengaruhi teknologi komunikasi.
“Teknologi komunikasi ini di satu sisi memberi dampak positif, tapi jarang sekali mengenali dampak negatifnya,” tutur Benyamin.
Sambung ia, Tangsel dalam kondisi selalu kompak. Tapi di sisi lain harus dipandang rawan. Maka kalau tidak ada daya ikat yang kuat, maka kelompok yang tumbuh menjadi rawan. Oleh sebab itu peran para ulama, serta kelompok dan golongan menjadi tali pengikat kesatuan di tengah banyaknya perbedaan.
“Saya berharap para ulama, ustad dan tokoh yang mengikuti seminar MUI Tangsel nanti jadi juru dakwah di tengah masyarakat,” tegasnya.
Ketua Umum MUI Kota Tangsel KH Saidih menyampaikan, pentingnya tentang beragama totalitas. Sehingga ada keseimbangan, baik dari pemikiran, perilaku dan implementasi di tengah masyarakat.
“Dengan demikian dapat tercipta keharmonisan di tengah masyarakat. Saling hormat menghormati satu dengan yang lain dalam tatanan implementasi ibadah. Bagaimana sesama warga negara sama-sama membangun bangsa ini untuk menciptakan suasana aman dan damai dan tercapainya Islam yang damai,” pesannya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal MUI Dr H Amirsyah Tambunan membahas tentang “Toleransi dalam Bermazhab Ormas Islam”. Dirinya menjelaskan tentang prinsip toleransi yakni wasathiyah atau sesuatu yang berada di tengah di antara dua sisi.
Selain itu juga dijelaskan karakteristik wasathiyah, selain berada di jalan tengah, juga harus berlaku seimbaing, lurus dan tegas. Serta mengedepankan toleransi dan egaliter namun non diskriminasi serta musyawarah dan reformasi.
“Toleransi bukan sikap sepihak tapi harus berbagai pihak yang paham akan makna dan implementasinya. Dasar memahami toleransi melalui wasathiyah sehingga melahirkan sikap dan perbuatan yang seimbang, adil dan amalan terbaik menuju umat terbaik,” pesannya.
Sementara itu, menurut narasumber kedua, Musyfiq Amrullah mengusung tema Islam Moderat Dalam Perspektif Generasi Milenial”. Sosok pengasuh Pondok Pesantren At-Tawazun, Subang Jawa Barat ini, menyampaikan mewujudkan Islam yang moderat.
“Sebelum bertoleransi dengan agama lain harus bertoleransi dengan agama sendiri, dengan kelompok sendiri sesama Islam. Karena sangat banyak organisasi di dalam Islam. Dalam era saat ini juga manfaatkan medsos untuk syiar. Dan MUI itu adalah berkhidmat untuk melayani umat di bawah,” tutupnya. (din).