KOTA TANGSEL -Peran da’i diera digital harus mampu bertransformasi. Jika tidak mampu mengikuti akan tertinggal oleh perkembangan zaman.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum MUI Kota Tangsel Abdul Rojak saat mengisi materi tentang “Problematika Dakwah Era Kontemporer dan Kekinian” hari kedua Pendidikan Kader Ulama (PKU) yang diselenggarakan MUI Kota Tangsel, 13-15 Desember 2022.
Menurut ia yang juga menjabat Kepala Kantor Kemenag Kota Serang bahwa teknologi berkembang menjadi tantangan bagi para da’i. Maka harus mampu menyesuaikan kondisi masyarakat dewasa ini. Sebab dakwah itu mengajak, merangkul. Dengan demikian harus bisa menyesuaikan kondisi zaman.
“Tanpa mengikuti perubahan itu maka akan tergilas oleh perubahan zaman yang berkembang secara cepat. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi para da’i dari kebiasaan dakwah kultural ke dakwah kontemporer seperti menggunakan teknologi, medsos, media massa, televisi dan sebagainya,” ujarnya berapi-api.
Lanjut doktor bidang pendidikan yang baru saja selesai sidang disertasinya di Bandung Itu, dakwah dengan mimbar hanya didengar dengan sebatas yang hadir. Lain halnya dengan dakwah menggunakan fasilitas teknologi elektronik. Cakupannya sangat luas dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
“Hanya memang seorang da’i perlu memetakan kondisi masyarakat sekitar. Dakwah kontemporer memang sangat cocok untuk masyarakat perkotaan. Masyarakatnya melek teknologi. Demikian dari aspek pendidikan dominasi menengah ke atas ketimbang di pedesaan,” ujar warga Cilenggang itu.
Bagi para da’i diharapkan jangan pernah putus asa. Memang tidak mudah untuk menggunakan teknologi karena tidak terbiasa. Tapi berusaha terus menerus supaya mahir. Dan dakwah sendiri bukan sekedar ceramah semata. Tapi dakwah bisa disajikan dalam beragam bentuk. Baik itu kata-kata mutiara, tulisan berseri dan berbagai jenis dakwah lain.
“Perlu digaris bawahi proses dakwah tidak boleh lagi terbatas dakwah bil lisan tapi di perluas dengan dakwah bil hal, bil kitabah melalui tulisan dan bil hikmah dalam arti politik dan bil iqtishadiyah pada aspek ekonomi seperti jadi pengusaha dan masih banyak lagi yang lainnya,” bebernya.
Satu sisi peran media sangat luar biasa. Di sisi lain memang kadang diselewengkan atau di salah gunakan. Aspek lain media juga merupakan agen, dalam menyebarkan paham dan aliran serta dengan berbagai afiliasi. Namun perlu diingat bagi da’i yang sering tampil di media sosial maka harus menguasai ilmu keislaman yang luas.
“Dakwah sangat berkaitan dengan sumber daya manusia. Maka perlu ada spesialisasi dalam berbagai bidang. Baik waris, fikih, ilmu alat, zakat, hadist dll,” pesannya.
Di tengah penyampaian materi, MUI kembali menggelar PKU. Kendati memang tidak ideal dari segi waktu. Biasanya PKU dilakukan selama tiga bulan lamannya seperti di MUI Banten dan Jakarta. Namun demikian dalam rangka PKU ini tidak mendeklarasikan bahwa peserta wajib menjadi da’i. MUI hanya sebagai fasilitator.
“Alhamdulillah MUI tahun ini kembali menyelenggarakan PKU walaupun pesertanya sangat terbatas. Kami dari MUI Tangsel masih bersyukur bisa menyelenggarakan PKU. Dulu PKU 3 bulan lebih. Yang ideal harusnya seperti itu,” ia merinci.
PKU diselenggarakan MUI sudah angkatan ke-5. Ini program unggulan MUI. Termasuk program Juleha menjadi program MUI. Para peserta diberikan sertifikasi. PKU sebagai program unggulan dalam rangka untuk menjawab keresahan para tokoh agama Islam yang semakin hari terus menipis.
“Kalaupun nanti dalam menjalankannya kami hanya fasilitator menjadi ulama. Maka kami berharap terus melakukan kompetensi untuk mengasah kemampuan keilmuan bapak ibu untuk menjadi ulama. Ulama tidak didapat secara instan tapi harus melalui proses dalam waktu panjang. Mudah-mudahan peserta termotivasi menjadi ulama yang menguasai keilmuan,” tandasnya.
Di hadiri kedua diisi dengan berbagai materi seperti bab Zakat dari KH Taufik Setyaudin, Dr KH Dimyati Sajari membahas Toharoh, KH Sirojudin membahas bab Shalat, dan KH Bahrudin membahas bab puasa. Dalam kitab Khifayatul Akhyar. Demikian juga KH Hasan Mustofi sejak pukul 03.00 Wib mujahadah dilanjut Sahalat Subuh berjamaah serta tahsin Al Qur’an. (red).