HARIANRAKYAT.ID, ANTEN- Ekspedisi Perubahan oleh Ubah Bareng memulai rangkaian panjang kegiatannya di Provinsi Banten, yaitu Desa Turus Patria, Kabupaten Pandeglang, Senin (8/1), dan Bumi Tirtayasa, Kabupaten Serang pada Selasa (9/1/2024).
Sebagai tujuan, Ekspedisi Perubahan hadir untuk mendengar keresahan warga, di wilayah-wilayah yang dianggap kurang mendapat perhatian.
Di Desa Turus Patria, Ubah Bareng berkolaborasi dengan Sekolah Cita-cita. Rombongan Ekspedisi Perubahan langsung diserbu oleh beragam curhatan warga di wilayah tersebut. Founder Sekolah Cita-cita sekaligus warga asli desa Turus, Ade Miftah Lutfan, menyebut curhatan itu banyak dilontarkan oleh warga saat pihaknya berkegiatan di sana.
“Warga di Desa Turus Patria ini punya keluhan terkait beberapa hal. Yang paling utama adalah soal infrastruktur jalan. Sebab akibat akses jalan menuju desa kami rusak, ini menyebabkan semua hal yang ada di daerah kami terasa tertinggal. Baik itu soal pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Besar harapan kami ada perubahan di sini,” ujar Miftah dalam keterangan (9/1).
Lain halnya ketika rombongan Ekspedisi Perubahan tiba di Bumi Tirtayasa, Kabupaten Serang. Salah seorang warga, Faiz Wahyudi, mengeluhkan ketidakselarasan antara program pemerintah dengan realita kebutuhan warga.
“Kalau keresahan warga di sini itu terkait adanya ketidakseimbangan, antara keinginan warga dengan keinginan pemerintah. Contohnya saja begini, pemerintah ingin memajukan pertanian dengan mengandalkan penggunaan mesin yang lebih efisien. Namun di sisi kami, warga, itu justru merugikan. Jadi semoga ada keseimbangan keinginan yang lebih berkeadilan,” ujar Faiz.
Peserta Ekspedisi Perubahan, Mikail Baswedan, mengaku pihaknya berusaha mencatat dan menyerap semua keluhan tersebut. Agar kemudian, diharapkan bisa mendapat perhatian dari pihak terkait. Selain itu, langkah ini juga dimaksudkan untuk menjadi awal terjadinya perubahan, khususnya di wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang.
“Alhamdulillah, Ekspedisi Perubahan di Desa Turus Patria dan di Bumi Tirtayasa, berjalan lancar. Dan setelah seharian bersama warga di sana, mendengar keluh kesah mereka, duduk bersama mereka, kami menyadari bahwa perubahan harus benar-benar dirasakan oleh setiap warga negara, baik di perkotaan, hingga di setiap desa-desa,” kata Mikail.
Mikail mengaku sedih dan miris melihat adanya ketimpangan yang terjadi di kedua wilayah tersebut. Hal ini yang menurutnya menyebabkan akses pemerataan keadilan sulit tercapai.
“Karena yang kami dengar langsung dari warga, bahwa permasalahan-permasalahan ini benar nyata terjadi. Mulai dari akses jalanan desa yang rusak, hingga kebijakan di berbagai sektor, yang tidak memperhatikan kebutuhan warga. Maka setelah melihat langsung selama dua hari ini, kami merasa, pemerataan pembangunan yang berasaskan keadilan, merupakan hal yang benar-benar tidak boleh dikesampingkan,” tutup Mikail.(din).