TANGSEL -Pemkot Tangsel tengah mengkaji beban kerja pegawai. Hal ini untuk mengantisipasi over load beban kerja sehingga dapat ideal.
Walikota Tangsel Benyamin Davnie menyampaikan inflasi Tangsel tercatat cukup tinggi. Untuk tahun kalender, Desember 2021 hingga September 2022 6,3 persen. Kendati untuk tahunan atau yoy masih 5 persen. Kemudian beberapa komoditi yang menyebabkan angka ini tinggi yakni cabe hingga kini masih mahal.
“Sedangkan komoditi lainnya seperti ayam potong dan tomat serta beberapa jenis lain tidak signifikan. Hanya cabai yang harganya melejit,” ujarnya.
Untuk minyak harga stabil. Sekarang ini stok juga tersedia sesuai harga pemerintah Rp 14 ribu hingga Rp 14.500 ribu dan stok tidak kekurangan. Tentu kenaikan BBM menyebabkan inflasi. Hal ini sejalan dengan permintaan yang tetap tinggi. Cabe misalnya. Sementara suplai dari daerah lain suplai kurang bagus.
“Yang kami lakukan Dinas Pertanian sudah menyemai kurang lebih 10 ribu bibit cabai. Sekarang sedang saya menginstruksikan lagi menyemai 30-40 ribu bibit cabai misalnya di KPT semuanya di tanam di sana. Nanti saat panen bareng kemudian didistribusi ke pasar atau kelompok masyarakat. Di sana ada setengah hektar,” ujarnya.
Upaya lain untuk menekan inflasi akan memberikan bantuan bagi alat transportasi khusus mengangkut bahan pokok. Melibatkan dinas terkait. Adapun teknisnya soal bahan pokok sayur mayur, bersama BUMD Tangsel khusus pengelola pasar. Sehingga bisa berjalan dengan lancar.
“Kami mengambil kebijakan di APBD misalnya mengintervensi melalui Dinas Perhubungan untuk subsidi transportasinya untuk beberapa bahan komoditi cabe beras dan lain-lain dan teknisnya kami gunakan BUMD PT Pasar Mandiri supaya harga tetap sama antara Brebes dan Tangsel,” tambah ia.
Pemkot juga menganggarkan lebih dari Rp 4 miliar khusus dari APBD Tangsel. Bantuan datang dari APBD Provinsi serta APBN.
“Pada kelompok BLT sudah disalurkan dari APBD Rp 4,3 miliar untuk 7 ribu Keluarga Penerima Manfaat ( KPM) di luar APBD Provinsi dan APBN,” jelas Benyamin. (red).