HARIANRAKYAT.ID, KOTA KEDIRI-Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri memastikan masih melakukan treatment terhadap sumur yang sebelumnya tercemar. Berlokasi di Kelurahan Tempurejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Kepala DLHKP Kota kediri, Imam Muttakin menyampaikan langkah lanjutan dari hasil treatment normalisasi sumur yang dimulai bulan November 2023 sampai Februari 2024.
“Hasil dari lima sumur yang di treatment, tinggal tiga sumur yang masih mengandung total petroleum hydrocarbon (TPH) dan itu pun jauh lebih sedikit daripada dulu ketik di awal. Kandungan TPH di tiga sumur tinggal 126TPH, itu lebih sedikit daripada dulu di mana dulu sampai 180.000 TPH,” ujarnya, Senin (12/5/2024).
Dirinya juga menyampaikan kepada warga bahwa nanti akan ada treatment lanjutan terhadap 14 sumur yang lainnya. Termasuk dijelaskan soal tanggung jawab SPBU melakukan normalisasi sampai betul-betul semuanya aman dan bisa dikonsumsi warga seperti dulu.
“Kompensasi terus diberikan kepada warga sampai ada statement dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) semua sudah normal,” tambah ia.
Salah Satu warga terdampak Ahmad Satryo mengaku jika sumurnya tetap bau. “Kalau pas hujan bukannya hilang tetapi semakin menyengat, tidak ada perubahan,” keluhnya.
Untuk sumur yang tertutup belum ada pengambilan sampel. Jadi tidak tahu berapa kadar TPH nya. Rencananya hari ini ITS mau mengambil sampelnya mudah-mudahan nanti dari ITS ada tindakan penanganan.
“Kompensasi bantuan air PDAM, dan berupa uang semuanya lancar, tetapi beberapa hari ini kompensasi berupa air minum sedikit terhambat. Satu atau dua hari masih dimaklumi, kadang sampai berhari-hari,” jelasnya.
Satu kepala keluarga dijatah satu hari satu galon air untuk minum dan memasak. Kalau untuk mencuci baju menggunakan air yang bau itu dan membilasnya memakai air PDAM, tapi kalau tidak memakai parfum, minyaknya masih bau.
“Baju kalau direndam di air yang bau terlalu lama di badan terasa gatal dan panas,” imbuhnya. (lik).