HARIANRAKYAT.ID, KOTA TANGSEL- Film “Glo Kau Cahaya” mendapat penghargaan dari City University Of Hong Kong, Minggu (19/11/2023). Film based on true story ditulis oleh sutradara asal Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia.
Executive Producer, M Hamka Handaru, mengatakan bahwa film ini mengangkat kebanggaan Tangsel yang mempunyai sutradara hebat. Ia semula merupakan tenaga kerja wanita (TKW) atau buruh migran di Hongkong. Kuliah dan berjuang untuk merubah nasibnya. Serta memiliki fashion dalam film yang akhirnya mengantarkan dirinya merubah menjadi seorang sutradara handal.
“Film ini seru. Orang bisa menangis, bisa tertawa, mencampuradukkan emosi yang sangat luar biasa dan membawa pesan moral yang sangat banyak. Syarat pesan moral diantaranya jangan pernah menyerah terhadap secara apapun yang menimpa,” ujar Hamka.
Digambarkan dengan perjuangan si Glo seorang atlet yang tadinya non disable. Kemudian karena satu hal dia lumpuh. Dari kelumpuhannya bangkit lagi walaupun sempat mencoba bunuh diri. Akhirnya bangkit karena mendapat dukungan dari support sistem. Support sistem ini penting di kehidupan nyata. Support sistem membuat anak yang terpuruk tiba-tiba bisa menjadi seorang superhero. Sehingga menjadi peraih mimpi lewat perjuangan yang tidak gampang.
“Inikan gambaran hidup bahwa orang harus struggle, harus berjuang. Kemudian pengalamannya Ani Ema ini yang tadinya seorang TKW berjuang untuk menjadi seorang sutradara. Dan diwujudkan melalui film pertamanya di layar lebar. Saya kasih kesempatan dia, tantang dia. Berani tidak bikin film layar lebar. Mungkin ini film satu-satunya di Indonesia yang this on true event. Jadi ada event sebenarnya yang kita buat filmnya. Dan ini merupakan cerita dari seorang atlet betulan. Jadi ini syarat pesan moral yang tinggi,” Hamka menceritakan.
Jadi from hero to zero, digambarkan oleh seorang sutradaranya. Dan digambarkan dalam filmnya itu sendiri. Ini anak Tangsel. Tentu Tangsel harus bangga punya Ema Susanti.
production house Buana Art Cinema beralamat di Tangsel. Co Produsernya Hani Putri juga asal Tangsel. Ini bener-bener kolaborasi yang bagus. Hamka mengatakan saat di Hongkong, tiga anak Tangsel ini betul-betul yang punya kreasi.
“Kemaren itu ada profesor Chan Kepala Bidang Studi masalah affairs untuk Hubungan Internasional (HI). Jadi konsen masalah buruh migran. Dia tertarik dengan Ema yang tadinya buruh migran bisa menjadi sutradara, sehingga memberikan apresiasi yang sangat luar biasa,” lanjut Hamka.
Ini atas undangan The Indonesian Club yang mensponsori. Mereka juga mengundang nobar. Hampir 500 orang nonton di acara nobar yang digratiskan oleh mereka. Sehingga di Hong Kong penuh dengan orang Indonesia yang sedang libur, para buruh-buruh migran, para helper dihibur oleh film ini dan semuanya melihat perjuangan Ema. Pesan moralnya, jangan pernah takut punya mimpi, ayo wujudkan. Ema berhasil dirinya berubah dari seorang TKW menjadi sutradara.
“Dan beri penghargaan Profesor Chan, memberikan apresiasi dalam film ini. Apreasiasi ke Ema dan saya dengan menunjuk Ema sebagai sutradara itu juga menjadi nilai dari Profesor Chan,” ujar Hamka.
Jadi ada 80 mahasiswa yang langsung dibikin workshop, seminar dan ada tanya jawab. Tanya jawabnya luar biasa, mereka begitu kagum dengan keindahan di film itu yang mengangkat masalah Papua bahwa Indonesia Timur begitu hebat dan begitu maju digambarkan dalam film ini. (bil/din).