HARIANRAKYAT.ID, Bandung – Penerimaan siswa di tanah air adalah mata rantai dari pembangunan sumber daya manusia unggul dalam mengisi kemerdekaan. Estafet pembangunan membutuhkan pelaku pembangunan yang cakap sekaligus bermoral.
Demikian dikatakan oleh Pengamat Pendidikan Andri Martiansyah menanggapi banyaknya persoalan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di tanah air. Dia menilai pemerintah masih berpikir pada kuantitas bukan kualitas anak didik.
“Pemerintah terlihat berfokus pada angka, bukan pada kualitas. Jangan lupakan bahwa siswa itu adalah manusia juga,” katanya pada awak media, Rabu (26/6/2024).
Alumni pergerakan 1998 ini menambahkan setiap anak didik mempunyai kelebihan, kekurangan dan kemampuan yang berbeda-beda.
“Untuk menjadi sekolah yang baik dibutuhkan perbaikan dari hulu ke hilir. Karena anak pintar yang dididik oleh yang kompetensinya kurang, ya tidak akan terpacu juga,” tuturnya.
Menurut dia, seorang anak didik yang dianggap biasa-biasa tapi mendapatkan pendidikan dengan cara yang biasa diberikan pada yang level tinggi pasti tidak akan bisa.
“Makanya saringan awal itu penting untuk membantu bagaimana cara mendidiknya, supaya tujuan akhirnya tercapai,” saran dia.
Selanjutnya, kata dia proses pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didik harus ditopang oleh pendidik yang berdedikasi dengan tetap memperhatikan kemampuan anak didik.
“Kalau guru-gurunya level dewa, suka kesel kalau ngajar anak-anak yang butuh ketelatenan dalam mengajar. Tapi kalau gurunya yang telaten banget, akhirnya malah menghambat murid yang fast track,” katanya.
Setelah memperhatikan peran guru, dirinya berharap ada lingkungan pendidikan yang bisa memberikan ruang cukup bagi penerapan disiplin tanpa menghilangkan suasana riang bagi anak didik.
“Selama kita masyarakat dan khususnya pemerintah hanya menjadikan siswa ini komoditas angka, ya hasilnya ga akan jauh dari sekarang,” pungkasnya. (Red)