HARIANRAKYAT.ID, KOTA TANGSEL-MUI Tangerang Selatan menyelenggarakan “Sosialisasi Islam Wasathiyah Sebagai Perekat Bangsa”, berlangsung di Gedung Kelembagaan, Jalan Siliwangi no 2, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Sabtu (26/8/2023).
Ketua Umum MUI Kota Tangerang Selatan KH Saidih menyampaikan dengan kegiatan sosialisasi Islam Wasathiyah diharapkan membawa dakwah yang sejuk dan bil hikmah. Wasathiyah memiliki arti jalan tengah, Islam Rahmatan Lil Al-Amin.
“Melalui kegiatan ini diharapkan para mubaligh saat berdakwah menyampaikan pesan-pesan damai dan penuh kesejukan. Sehingga umat selalu menemukan solusi saat menghadapi berbagi problematika di tengah kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Asda Satu Kota Tangsel H Dadang Raharja menyampaikan Pemkot Tangsel menyambut baik adanya sosialisasi Islam Wasathiyah sebagai perekat antar umat Islam dan antar umat.
“Kami berharap kegiatan ini terus dilakukan karena kebersamaan antar kita dan umat. Bahkan antar kita saja sering terjadi gesekan. Apalagi antar umat. Jika itu dipersoalkan tidak akan selesai. Maka ada moderasi beragama, pengakuan kebenaran agama masing-masing bukan mengakui kebenaran semua agama,” katanya.
Berharap kegiatan ini digelar rutin. Dan berjalan dengan baik. Dirinya juga menyampaikan dalam waktu tidak terlalu lama akan mengadakan pesta demokrasi pada 14 Februari 2024 dan sudah dirasakan memanas.
“Kami percaya Tangsel bisa meredam karena Tangsel daerah yang aman, nyaman dan damai kita tidak terpancing dengan informasi hoax. Mudah-mudahan di Tangsel bisa ditekan dan minimalisir. Maka dengan acara Islam Wasathiyah bisa menuju Indonesia yang damai,” pesannya.
Ketua Bidang Dakwah KH Cholisudin Yusa mengatakan MUI memiliki fungsi pelayanan kepada masyarakat. Dan Islam Wasathiyah adalah yang harus dikedepankan. Namun jika hanya Wasathiyah harus diimbangi dengan himmah sebagai payung bagi semua.
“Satu sisi MUI menjadi partner aktif bagi pemerintah dalam membangun Indonesia. Harus saling mendukung. Hikmatul ummah. Sehingga MUI menjadi garda terdepan. Pola dakwah yang tawassut harus jadi rujukan dan bukan hanya itu tapi harus paling toleran,” pesannya.
Konsepnya adalah tidak boleh memihak kepada siapapun. “Jika ada masalah harus duduk bersama. Dan ini menjadi modal dan menjadi ini lebih baik,” papar ulama bersuara lembut itu.
Sedangkan menurut Ketua Panitia sekaligus Ketua Komisi Dakwah KH Ahmad Sopyan Mastas menyampaikan pesertanya dari lintas ormas keagamaan, dari NU dan Muhammadiyah. Para penyuluh agama Kemenag dan para da’i dan para tokoh. Mereka setiap hari bersentuhan dengan umat.
“Tujuan kegiatan ini menjelaskan Islam moderat tidak cukup kepada para mubaligh tetapi juga kepada kaum milenial, memberikan penjelasan tentang bagaimana takfiri dan aksi radikalisme yang menggunakan simbol agama bahwa kekerasan sering terjadi mengatas namakan agama,” ujarnya.
Lanjut ia, untuk mensosialisasikan Islam menjadi Rahmatan lil Alamin. Semua ini tentunya bagaimana menghasilkan khairul ummah, jika Islam sebagai bangunan, pintunya Rahmatan Lil Al-Amin dan pintu keluarnya adalah Khairul ummah.
“Sehingga bisa saling mengayomi dan ujungnya kerukunan umat beragama dan cinta Islam rahmatan lil Alamin. Kami mengucapkan terima kasih kepada para narasumber dan peserta,” harapnya.
Sedangkan pemateri terdiri dari Dr H Hasani Ahmad Said dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Dakwah Wasathiyatul Islam : Islam Wasathiyah Dalam Konteks Hubungan Antar Umat Beragama dan Komponen Bangsa”. Sedangkan materi berikutnya tentang “Konsep Islam Wasathiyah Dalam Membina Ukhuwah Islamiyyah,” yang disampaikan KH Djedjen Zaenuddin. Pembawa acara Ustad Ahmad Bukhori dan Moderator KH Subhan Fadli. (din).