TANGSEL-PSSI mengadakan Lisensi A diploma untuk menjadi pelatih di liga dua dan asisten liga satu. Di Banten, kali pertama dilakukan yang dijadwalkan selama dua pekan, dan dipusatkan pada salah satu hotel bilangan Serpong Kota Tangsel.
Kepala Kepelatihan PSSI Yeyen Tumena menjelaskan menyangkut kepelatihan pelatih, mulai dari penjadwalan, serta kurikulum menjadi materi utama. Dalam kepelatihan, terdapat beberapa jenjang. Mulai dari D, C, B dan A. Semua itu sudah mendapatkan sertifikat dari AFC sehingga dibolehkan untuk melakukan lisensi secara mandiri.
“Untuk yang sekarang Lisensi A modul dua. Lisensi A diperuntukan pelatih di level pro. Profesional dengan regulasi liga 2 harus A, pelatih kepala dan bisa menjadi asisten pelatih di liga satu,” ujarnya.
Masa pelatihan untuk D memakan waktu sepekan. Sedangkan C, dua pekan. Dan B diploma melatih 16 tahun keatas membutuhkan waktu empat pekan untuk dua modul. Sedangkan A diploma enam pekan untuk tiga modul.
“Dari dua modul B diploma, satu dan dua memiliki jeda antar modul, dua hingga empat minggu. Nantinya mereka bisa melatih di daerahnya, kemudian ada analisa pertandingan,” tambah pria yang tinggal di Kota Tangsel.
Sedangkan A diberikan beban pekerjaan rumah, seperti wajib melatih di tempat masing-masing. Kemudian menganalisa pertandingan serta kunjungan ke tempat lain. Dilanjut dengan wawancara. Di modul dua, ini ada satu praktek. Mereka akan melakukan analisa langsung ke stadion yang tengah menyelenggarakan pertandingan. Dari hasil analisa akan menjadi soal mereka dalam pelatihan saat ujian modul dua ini.
“Bahwa modul dua ini kita sebut modul spesialisasi. Karena mengundang banyak pemateri berdasarkan disiplin ilmu dan kemampuan. Ada pelatih kiper, public speaking supaya komunikasi pelatihan kepada media, serta supporter dan di luar supporter berjalan baik. Lalu bagaimana komunikasi pelatih di media sosial. Jangan sampai membuat dia kehilangan simpati atau berpengaruh terhadap pekerjaannya. Atau hal positif yang berpengaruh terhadap kinerja mereka,” jelas mantan pemain klub besar di Indonesia seperti Persija Jakarta, Persebaya Surabaya dan PSM Makasar.
Termasuk juga menyampaikan materi tentang aturan-aturan baru. Yang mana ada perubahan setiap tahun sehingga pada saat pertandingan, pelatih wajib tahu bahwa ada perubahan regulasi. Dengan tujuan menghindari kekacauan dan keributan di lapangan.
“Untuk materi minggu depan ada psikologi, selama empat hari dengan pendekatan bagaimana pelatih dapat mengontrol emosinya saat bertandingan, atau saat berlatihan. Dan bagaimana pelatih bisa membantu pemain mengatasi emosinya di dalam lapangan,” bebernya dengan semangat.
Disampaikan juga materi tentang spesialisasi medis, persiapan pertandingan, dan penanganan cedera serta gizi. Serta diberikan materi supaya pelatih terhindar dari pengaturan skor dan mengetahui ciri-ciri orang yang melakukan pengaturan skor. Dan mampu membaca pemain yang melakukan pengaturan skor.
“Termasuk manajemen kompetisi kita minta hadir disini. Selain tentu keilmuan lain, juga tentang sepak bolanya. Jadi sangat banyak dan kompleks di modul dua,” paparnya.
Yang pasti, dengan pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas pelatih Indonesia. Jumlah sertifikasi A masih sedikit, sehingga kebutuhan dari kompetisi memerlukan banyak pelatih A untuk bisa melatih di liga 2. Dengan kebijakan PSSI sekarang liga dua tidak boleh menggunakan pelatih asing. Jadi ini wadah untuk pelatih lokal menunjukan keilmuannya dalam bersaing di liga satu.
“Untuk itu kita mempersiapkan selain juga sertifikasi juga kualitas. Karena berkaitan dengan terciptanya pemain tim nasional yang baik,” tandasnya.
Adapun dari 26 peserta, 3 orang dari Banten. Sisanya dari berbagai wilayah di Indonesia hingga Papua.
Pada pembukaan Program Lisensi A diploma oleh Wakil Walikota Tangsel sekaligus sebagai Ketua Umum Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Banten, Pilar Saga Ichsan di dampingi Ketua Umum Asosiasi Kota (Askot) PSSI Kota Tangsel Erlangga Yudha Nugraha. Keduanya mendukung penuh dalam melahirkan pelatih yang bersertifikat A Pro. Sehingga berimplikasi pada hasil pemain bola yang memiliki potensi baik. Semakin banyak pelatih di Banten berlisensi A Pro, maka semakin banyak pula pemain bola yang mampu bersaing di liga dua dan satu. (red).