back to top
HARIANRAKYAT.ID Mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79 "Nusantara Baru Indonesia Maju
HARIANRAKYAT.ID Mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79 "Nusantara Baru Indonesia Maju
BerandaTangerang RayaIndeks Kerukunan Umat Beragama Banten Rendah, Begini Kata Sekum MUI Tangsel Dr...

Indeks Kerukunan Umat Beragama Banten Rendah, Begini Kata Sekum MUI Tangsel Dr Abdul Rozak 

HARIANRAKYAT.ID, KOTA TANGSEL- Sekum MUI Tangsel Abdul Rozak prihatin atas Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) Banten tingkat nasional sejak 2021 sebesar 66.11, peringkat ke 32 dari 34 provinsi, yang sampai saat ini masih belum ada perubahan berarti.

Dia menyampaikan di “Seminar Penguatan Toleransi Beragama” digelar oleh MUI Tangsel di Sekretariat, Pamulang Tangsel pada Selasa (5/9) yang dihadiri oleh 55 pemuka lintas agama di Tangsel yang dibuka oleh Ketua MUI Tangsel K.H Saidih dengan pesan untuk terus mencari cara untuk memperkuat toleransi beragama di Tangsel.

Kepala Kemenag Kota Serang ini menjelaskan indikator penyebabnya berupa penolakan pendirian rumah ibadah yang berbeda agama, penolakan kepala daerah atau penjabat daerah yang tidak satu keyakinan dan terus masih ada penolakan terkait perayaan hari besar keagamaan.

“Kita harus berupaya terus mengerem indeks tersebut dengan memperbanyak media untuk menjadikan antar umat beragama bisa hidup berdampingan tanpa ada perasaan yang merugikan satu antar lainnya,” jelas dia.

Dari peserta seminar ini yang beragam, dia berharap bisa meneteskannya di lingkungan paling kecil di tinggal RT, semisal saling kirim sesuatu ketika ada acara keagamaan masing-masing.

“Kebiasaan saling kirim menjadi media awal bagi antar umat beragama untuk bisa saling menghargai satu sama lain, yang boleh jadi ada penolakan di permulaan tapi nantinya akan terasa manfaat,” harap dia.

Kerukunan Umat Beragama menjadi rendah menurutnya, lebih banyak disebabkan oleh minimnya media silaturahmi karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya penerimaan beda beragama di lingkungan.

“Kerja toleransi itu tidak bisa dilakukan dengan sosialisasi dan kerja secara masif oleh seluruh stakeholder baik pemerintah maupun aparat yang memiliki wewenang. Karena dia tidak bisa berdiri sendiri,” ungkapnya.

Dirinya ketika menjabat sebagai Kepala Kemenag Tangsel pernah membuat terobosan media toleransi lewat kegiatan olah raga; senam dan bersepeda yang melibatkan antar umat beragama.

“Ada yang dapat door prize sepeda dari peserta, terus ada yang bertanya apa hubungannya sepeda dengan toleransi ?,” menirukan pihak yang belum yakin akan terobosan itu.

Rozak jelaskan, yang terlihat memang hadiah berupa kulkas, sepeda, kipas angin, setrikaan, mesin cuci dan lainnya, tapi dari interaksi antar umat beragama sesungguhnya jadi terajut secara bertahap.

Dirinya juga menyoroti praktik pendirian rumah ibadah yang masih mengundang benih intoleransi karena ketakutan akan ada pindah agama, bahkan sudah ada yang masuk ke ranah hukum.

“Memang sudah selesai secara hukum, tapi mengular pada perasaan tidak mengenakan karena akhirnya tidak menang,” keluhnya.

Peristiwa hukum tersebut bagi dia masih mungkin dilakukan lewat jalur mediasi lain dengan mengedepankan selain menghormati antar sesama umat beragama.

“Mari kita yakinkan di antar umat beragam untuk saling tutupi potensi konflik dengan memperlebar ruangan mediasi” pungkas dia.

Di tempat sama, pemateri lain Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Tangsel Dr Suhada mengatakan moderasi bukan untuk kepentingan agama sendiri tapi untuk kerukunan antar umat beragama.

“Saya setuju Gus Baha bahwa beragama itu menyenangkan. Bukan dibikin ribet,” pinta dia. (din).

Tinggalkan Pesan

- Advertisement -spot_img
Komentar Terbaru
Must Read
Related News