TANGSEL– Signify (EURONEXT: LIGHT), pemimpin dunia dalam pencahayaan, meresmikan pabrik Luminer Cetak 3D di Kawasan Industri Taman Tekno, Kecamatan Setu, Kota Tangsel. Ini adalah salah satu dari empat fasilitas cetak 3D Signify di seluruh dunia (India, Belgia, dan Amerika Serikat) yang juga berfungsi sebagai Pusat Penelitian dan Pengembangan untuk kawasan Asia Pasifik.
Seremoni peresmian pada Rabu (27/07) dihadiri oleh Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional pada Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Wahyu Marjaka, Deputy Head of Mission dan Head of Economic Affairs, Embassy of the Kingdom of the Netherlands, Ardi Stoios-Braken, Anggota Badan Riset dan Teknologi Lingkungan Hidup, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Roosdinal Salim. Pada acara peresmian ini, Signify juga mengadakan diskusi panel mengenai “Investasi Berkelanjutan: Fasilitas Luminer Cetak 3D Signify”.
Country Leader Signify Indonesia, Dedy Bagus Pramono menyampaikan bahwa pabrik yang sudah mulai beroperasi di tengah masa pandemi pada akhir 2020 ini, menandai investasi terbaru Signify di Indonesia. Hasil cetak luminer 3D di fasilitas ini juga telah diekspor ke beberapa negara di kawasan Asia Pasifik, seperti Australia, Filipina, Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Korea.
“Meskipun pencetakan 3D bukanlah teknologi baru, Signify telah menjadi perusahaan pencahayaan pertama dan satu-satunya yang menerapkan teknologi 3D untuk produksi luminer pada skala industri. Investasi Signify dalam pencetakan luminer 3D menggarisbawahi komitmen perusahaan untuk melayani para pelanggan dengan lebih baik lagi, sekaligus mengurangi jejak karbon dari proses produksi dan distribusi,” ujarnya.
Keahlian Signify dalam pengembangan, produksi, dan penjualan produk, sistem, dan layanan pencahayaan yang inovatif dan hemat energi, semakin dikukuhkan dengan kehadiran luminer cetak 3D, yang diproduksi dengan mempertimbangkan keberlanjutan. Hal ini membuktikan posisi perusahaan di garis depan pencahayaan berkelanjutan inovatif, yang diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap tujuan keberlanjutan di Indonesia.
“Keberlanjutan dan aksi iklim merupakan inti dari tujuan kami di Signify. Tujuan kami adalah untuk membuka potensi luar biasa dari pencahayaan untuk kehidupan yang lebih cerah dan dunia yang lebih baik. Pencahayaan sirkular adalah salah satu pilar penting perusahaan kami dalam perjalanan menuju masa depan yang berkelanjutan. Kehadiran pabrik luminer cetak 3D kami adalah investasi yang dilakukan untuk menerapkan ekonomi sirkular sekaligus mengurangi jejak karbon operasional bagi Indonesia yang lebih berkelanjutan,” tambahnya menyambut gembira peresmian pabrik tersebut.
Bahwa pabrik luminer cetak 3D Signify memproduksi luminer cetak 3D dengan material 100% polikarbonat yang dapat didaur ulang, dan dirancang untuk dapat digunakan kembali sepenuhnya pada akhir masa pakai. Sehingga menghindari adanya limbah. Metode produksi ini menghasilkan jejak karbon 47% lebih rendah karena membutuhkan energi dan material yang jauh lebih sedikit. Bobot produk akhir juga 35% lebih ringan, yang menghasilkan lebih banyak penghematan karbon pada saat pengiriman.
“Benang polikarbonat yang digunakan terbuat dari bahan daur ulang, seperti CD dan jaring ikan. Proses pengolahan sebagai limbah di akhir masa pakainya pun menggunakan lebih sedikit energi (pengurangan sekitar 27%) untuk dirobek menjadi bagian kecil. Sehingga, jika digabungkan, Signify dapat mengurangi hingga 75% jejak karbon atas pasokan dan produksi bahan, transportasi, dan akhir masa pakai,” tambah ia.
Mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim yang juga seorang ekonom senior dan pakar lingkungan hidup, dalam sambutan pengantarnya mengatakan, ada banyak diskusi tentang investasi berkelanjutan, tetapi banyak perusahaan belum menerapkannya dengan sepenuh hati. Mereka melihat pencemaran lingkungan dan pengendalian limbah sebagai biaya yang tidak efektif yang akan berdampak pada keuntungan mereka. Namun, inovasi dan teknologi baru telah menjadikan investasi berkelanjutan layak untuk diterapkan.
“Signify merupakan contoh bagaimana investasi teknologi yang dilakukan, dan pengendalian dampak operasinya terhadap lingkungan, dapat diaplikasikan sambil tetap menghasilkan keuntungan,” tambah ia.
Para panelis dalam diskusi ini adalah Ardi Stoios-Braken, Roosdinal Salim, dan Lea K. Indra, Head of Public and General Affairs Signify Indonesia. Diskusi ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang bagaimana investasi berkelanjutan dapat diterapkan di Indonesia, dampak dari investasi berkelanjutan, dan bagaimana produk ramah lingkungan seperti luminer cetak 3D dapat berkontribusi terhadap lingkungan dan perekonomian Indonesia. Indonesia telah menjadi pasar penting bagi Signify (sebelumnya dikenal sebagai Philips Lighting) sejak kehadirannya lebih dari 125 tahun yang lalu.
Selama bertahun-tahun, Signify Indonesia juga berfokus pada perluasan rantai ritelnya di seluruh negeri. Pada tahun 2018, dalam rangka mendekatkan solusi pencahayaan dengan konsumen, Signify juga membuka pabrik di Suryacipta City of Industry, Karawang, Indonesia untuk memproduksi lampu LED guna memenuhi kebutuhan proyek-proyek pemerintah.
Semua upaya dan investasi ini telah membuka kesempatan kerja, memberikan manfaat finansial kepada mitra ritel, memungkinkan transfer pengetahuan dan alih teknologi, memenuhi kebutuhan pasar lokal dan ekspor. Lebih jauh lagi, menegaskan kembali komitmen perusahaan untuk menghadirkan solusi pencahayaan yang inovatif, hemat energi, dan ramah lingkungan. (red).